Ajang Berita - Inovasi infrastruktur air sebagai upaya antisipasi perubahan iklim saat musim kemarau. Dengan cara ini, ketahanan pangan dapat terjaga dan masyarakat dapat terhindar dari ancaman kekeringan yang sering terjadi pada saat musim kemarau yang ekstrem.
Inovasi Infrastruktur Air sebagai Upaya Antisipasi Perubahan Iklim saat Musim Kemarau
Musim kemarau yang ekstrem dapat membawa dampak buruk terhadap ketersediaan air bagi kehidupan manusia, terutama bagi petani yang bergantung pada air untuk mengairi lahan pertanian mereka.
Inovasi infrastruktur air sebagai upaya antisipasi perubahan iklim saat musim kemarau |
Oleh karena itu, upaya antisipasi perubahan iklim sangat diperlukan untuk memastikan ketahanan pangan di masa depan.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan memanfaatkan infrastruktur air yang ada, seperti embung, dam parit, dan long storage.
Namun, upaya tersebut harus terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan efektivitasnya dalam menghadapi perubahan iklim.
Salah satu inovasi infrastruktur air yang bisa dimanfaatkan adalah teknologi irigasi perpipaan.
Teknologi ini memungkinkan air yang diambil dari sungai atau waduk untuk dialirkan ke lahan pertanian melalui pipa yang terpasang di bawah tanah.
Dengan cara ini, kebocoran air dapat diminimalkan dan air yang dibutuhkan oleh tanaman bisa disalurkan dengan lebih efisien.
Selain itu, teknologi ini juga memungkinkan untuk mengatur jumlah air yang diperlukan oleh tanaman secara akurat.
Selain teknologi irigasi perpipaan, teknologi irigasi perpompaan juga bisa dimanfaatkan.
Teknologi ini memungkinkan untuk mengambil air dari sumber yang lebih dalam, seperti sumur atau sungai kecil, dan memompanya ke lahan pertanian.
Dengan cara ini, lahan-lahan yang sulit dijangkau oleh irigasi dari waduk atau sungai besar dapat mendapatkan suplai air yang cukup.
Pembangunan embung dan dam parit juga menjadi inovasi infrastruktur air yang penting untuk mengatasi perubahan iklim pada musim kemarau.
Embung dan dam parit dapat menampung air hujan yang turun pada musim hujan dan mengalirkannya ke lahan pertanian pada musim kemarau.
Dengan cara ini, ketahanan air dapat ditingkatkan dan petani dapat mengairi lahan pertanian mereka meskipun sumber air di sekitarnya sedang kering.
Selain itu, teknologi long storage juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas infrastruktur air.
Teknologi ini memungkinkan untuk menyimpan air di dalam tanah dan memanfaatkannya saat dibutuhkan, seperti pada saat musim kemarau.
Dengan cara ini, petani tidak perlu khawatir kekurangan air pada musim kemarau dan dapat meningkatkan produksi tanaman mereka.
Terakhir, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya harus terus dimaksimalkan penggunaannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang ada. Rehabilitasi ini dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah dan membantu meningkatkan produktivitas tanaman.
Kementan Manfaatkan Infrastruktur Air Antisipasi El Nino
Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau ekstrem atau El Nino dengan memanfaatkan infrastruktur air demi menjaga ketahanan pangan.
Kita harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama saat kemarau nanti, dengan memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang, ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan di Jakarta, Ahad (30/04).
Kondisi musim kemarau seperti yang sudah BMKG prakirakan, lanjut Mentan, akan terjadi kemarau yang ekstrem atau El Nino, sehingga perlu diwaspadai.
Kondisi kemarau harus diwaspadai, terutama pada bulan Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini, katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil mengatakan, terkait dengan ancaman El Nino Agustus mendatang, Kementan menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan.
Di antaranya mendorong petani untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada, jelasnya.
Ali Jamil menerangkan pihaknya juga akan terus mendorong percepatan tanam menggunakan alsintan seperti traktor roda 4 dan traktor roda 2.
Tahun 2023 ini Ditjen PSP juga menyiapkan alokasi bantuan alat mesin pertanian seperti traktor roda 4 (800 unit), traktor roda 2 (4.745 unit), dan pompa air 1.900 unit untuk seluruh Indonesia, sebutnya.
Selain itu, Kementan juga akan memaksimalkan kegiatan rehabilitasi jaringan Irigasi tersier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah.
Juga ada kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dam parit yang bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan.
Tahun 2023 ini, Kementan juga akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 3.213 unit, sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino, tuturnya.
Selain itu, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi kemarau nanti.
Pada 2020-2022 Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11,866 unit, perpompaan 2.177 unit, Perpipaan 439 unit dan embung 1.531 unit.
Dalam menghadapi perubahan iklim pada musim kemarau, pengelolaan infrastruktur air harus terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi baru.
Dengan cara ini, ketahanan pangan dapat terjaga dan masyarakat dapat terhindar dari ancaman kekeringan yang sering terjadi pada saat musim kemarau yang ekstrem.
Oleh karena itu, inovasi infrastruktur air menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan perubahan iklim pada masa kini dan mendatang.