Ajang Berita - Strategi pengelolaan infrastruktur air dalam menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau. Semua pihak perlu bekerja sama dalam mengelola infrastruktur air untuk menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau.
Strategi Pengelolaan Infrastruktur Air dalam Menanggulangi Dampak Perubahan Iklim pada Musim Kemarau
Perubahan iklim menjadi salah satu isu global yang semakin menjadi perhatian di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Strategi pengelolaan infrastruktur air dalam menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau |
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami dampak yang cukup signifikan akibat perubahan iklim, seperti musim kemarau yang lebih panjang dan ekstrem.
Oleh karena itu, strategi pengelolaan infrastruktur air menjadi penting dalam menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan infrastruktur air yang ada, seperti embung, dam parit, dan long storage.
Infrastruktur air ini berfungsi sebagai suplesi air pada lahan sawah dan tanaman lainnya saat musim kemarau.
Selain itu, infrastruktur air juga dapat mengurangi risiko terjadinya kekeringan dan kekurangan air bagi masyarakat.
Menjaga ketahanan pangan juga menjadi alasan penting untuk memanfaatkan infrastruktur air saat musim kemarau.
Dengan adanya infrastruktur air yang memadai, petani dapat tetap menghasilkan tanaman pangan meskipun musim kemarau yang panjang dan ekstrem.
Hal ini akan meminimalisasi risiko krisis pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi kemarau yang semakin ekstrem juga harus diwaspadai, terutama pada bulan Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini.
Terkait dengan ancaman El Nino Agustus mendatang, Pemerintah telah menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan, termasuk memaksimalkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier.
Hal ini dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah dan mengoptimalkan penggunaan air.
Selain itu, kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dan dam parit juga menjadi strategi pengelolaan infrastruktur air dalam menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau.
Hal ini dapat membantu mengoptimalkan penggunaan air dan memaksimalkan sumber daya air yang tersedia.
Pada akhirnya, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi saat kemarau.
Kementan Manfaatkan Infrastruktur Air Antisipasi El Nino
Kementerian Pertanian (Kementan) mengantisipasi musim kemarau ekstrem atau El Nino dengan memanfaatkan infrastruktur air demi menjaga ketahanan pangan.
Kita harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama saat kemarau nanti, dengan memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang, ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan di Jakarta, Ahad (30/04).
Kondisi musim kemarau seperti yang sudah BMKG prakirakan, lanjut Mentan, akan terjadi kemarau yang ekstrem atau El Nino, sehingga perlu diwaspadai.
Kondisi kemarau harus diwaspadai, terutama pada bulan Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini, katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Ali Jamil mengatakan, terkait dengan ancaman El Nino Agustus mendatang, Kementan menyiapkan berbagai antisipasi kekeringan.
Di antaranya mendorong petani untuk ikut program asuransi usaha tani padi (AUTP), mengerahkan gerakan serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada, jelasnya.
Ali Jamil menerangkan pihaknya juga akan terus mendorong percepatan tanam menggunakan alsintan seperti traktor roda 4 dan traktor roda 2.
Tahun 2023 ini Ditjen PSP juga menyiapkan alokasi bantuan alat mesin pertanian seperti traktor roda 4 (800 unit), traktor roda 2 (4.745 unit), dan pompa air 1.900 unit untuk seluruh Indonesia, sebutnya.
Selain itu, Kementan juga akan memaksimalkan kegiatan rehabilitasi jaringan Irigasi tersier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah.
Juga ada kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dam parit yang bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan.
Tahun 2023 ini, Kementan juga akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 3.213 unit, sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino, tuturnya.
Selain itu, infrastruktur irigasi yang telah dibangun pada tahun-tahun sebelumnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi kemarau nanti.
Pada 2020-2022 Kementan telah mengalokasikan kegiatan irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air pada musim kemarau antara lain kegiatan RJIT sebanyak 11,866 unit, perpompaan 2.177 unit, Perpipaan 439 unit dan embung 1.531 unit.
Dengan melakukan perawatan dan pemeliharaan secara rutin, infrastruktur air yang ada dapat terus dimanfaatkan untuk menjaga ketahanan pangan dan mengurangi risiko terjadinya kekeringan dan kekurangan air bagi masyarakat.
Dalam hal ini, semua pihak perlu bekerja sama dalam mengelola infrastruktur air untuk menanggulangi dampak perubahan iklim pada musim kemarau.
Pemerintah, petani, dan masyarakat harus saling berkoordinasi untuk memaksimalkan penggunaan infrastruktur air yang ada dan mengembangkan infrastruktur air baru yang dapat membantu mengatasi dampak perubahan iklim pada masa yang akan datang.