WIKA Gagal Bayar Obligasi: Penyebab, Dampak, dan Langkah Restrukturisasi

Ajang Berita - WIKA gagal bayar obligasi: penyebab, dampak, dan langkah restrukturisasi. WIKA gagal bayar obligasi, yang menimbulkan berbagai penyebab dan dampak signifikan, sehingga perusahaan harus mengambil langkah restrukturisasi guna mengatasi krisis keuangan dan memastikan keberlanjutan operasionalnya di masa depan.

WIKA Gagal Bayar Obligasi: Penyebab, Dampak, dan Langkah Restrukturisasi

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), salah satu perusahaan konstruksi milik negara, tengah menghadapi tantangan besar akibat gagal bayar obligasi dan sukuk yang jatuh tempo.

Situasi ini berujung pada suspensi saham oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menimbulkan kekhawatiran bagi investor serta pemangku kepentingan.

Artikel ini akan mengulas penyebab utama gagal bayar, dampaknya terhadap perusahaan, serta strategi yang diambil WIKA untuk mengatasi krisis keuangan ini.

WIKA Gagal Melunasi Obligasi dan Sukuk Jatuh Tempo

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) gagal melunasi dua surat utang yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025.

Kedua instrumen keuangan tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (WIKA02ACN2) dengan nilai pokok Rp 593,95 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (SMWIKA02ACN2) senilai Rp 412,90 miliar.

Total nilai obligasi dan sukuk yang harus dibayarkan mencapai Rp 1,75 triliun dan Rp 750 miliar, namun WIKA mengalami keterbatasan likuiditas sehingga tidak dapat memenuhi kewajibannya.
wika-gagal-bayar-obligasi-penyebab-dampak-dan-langkah-restrukturisasi
WIKA gagal bayar obligasi: penyebab, dampak, dan langkah restrukturisasi.
Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, kondisi ini terjadi akibat berbagai faktor, termasuk pemangkasan anggaran infrastruktur oleh pemerintah pada 2025 yang turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, WIKA mengalami kendala dalam penyerapan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diterima pada 2024 akibat dinamika kebijakan dan kondisi proyek.

Bursa Efek Indonesia (BEI) Suspensi Saham WIKA

Gagal bayar obligasi dan sukuk ini berdampak pada perdagangan saham WIKA di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BEI memutuskan untuk melakukan suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham WIKA per 18 Februari 2025.

Menanggapi keputusan ini, Mahendra Vijaya menyatakan bahwa WIKA sepenuhnya memahami dan mematuhi kebijakan yang diambil oleh BEI sebagai regulator pasar modal.

Ia juga menegaskan bahwa perusahaan tengah menjalankan proses restrukturisasi guna memperbaiki kondisi keuangan dan memenuhi kewajiban kepada para pemegang obligasi dan sukuk.

Meskipun mengalami tekanan keuangan, WIKA mengklaim telah menunjukkan perkembangan positif dalam transformasi bisnisnya, dengan peningkatan efisiensi operasional, arus kas yang mulai positif, dan perbaikan rasio keuangan.

Namun, dalam menghadapi kondisi bisnis yang menantang, WIKA masih membutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan.

Strategi WIKA dalam Melunasi Utang

Dalam upaya melunasi kewajibannya, WIKA telah mengusulkan pembayaran sebagian secara prorata untuk seri A, B, dan C dari obligasi dan sukuknya.

Selain itu, sisa pokok obligasi dan sukuk yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025 diusulkan untuk diperpanjang selama dua tahun dengan opsi beli pada setiap periode pembayaran kupon, tanpa mengubah besaran nilai kupon.

Usulan ini telah diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) dan Rapat Umum Pemegang Sukuk (RUPSU), namun hingga kini belum mencapai kesepakatan.

WIKA telah mengadakan beberapa kali rapat, termasuk:
  • RUPO pertama: 16 Desember 2024
  • RUPSU pertama: 17 Desember 2024
  • RUPO kedua: 4 Februari 2025
  • RUPSU kedua: 4 Februari 2025
Berdasarkan peraturan yang berlaku, rapat berikutnya baru dapat diadakan setelah 28 hari dari rapat terakhir, sehingga WIKA tidak dapat mengajukan pertemuan baru sebelum jatuh tempo.

Akibatnya, perusahaan belum bisa melunasi seluruh nilai obligasi dan sukuk pada tanggal yang ditentukan.

Mahendra menegaskan bahwa WIKA terus berkomunikasi dengan pemegang obligasi dan sukuk serta wali amanat untuk mencapai kesepakatan terbaik dalam RUPO dan RUPSU berikutnya.

Tantangan WIKA dalam Mendapatkan Kontrak Baru

Selain masalah gagal bayar, WIKA juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan kontrak baru.
Hingga 14 Februari 2025, perusahaan belum memperoleh kontrak baru yang bisa memberikan tambahan arus kas untuk membantu pelunasan kewajiban keuangan.

Penurunan jumlah tender proyek pemerintah, BUMN, dan swasta di tahun 2024 menjadi salah satu penyebab utama lesunya perolehan kontrak baru.

Keterbatasan ini semakin memperburuk likuiditas perusahaan, yang sebelumnya sudah terdampak oleh penyerapaan PMN yang belum optimal.

Sebagai langkah antisipasi, WIKA kini berupaya mengoptimalkan produksi dari kontrak yang sudah berjalan, memperkuat eksekusi proyek dengan strategi lean construction, serta meningkatkan efisiensi operasional dan tata kelola perusahaan.

Selain itu, WIKA juga mencari peluang di proyek-proyek strategis yang mendukung Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Perusahaan juga membuka peluang kemitraan strategis dengan pihak swasta dan asing guna meningkatkan potensi perolehan proyek serta keterlibatan dalam proyek investasi global.

Masa Depan WIKA: Upaya Pemulihan dan Harapan

Meskipun menghadapi berbagai tantangan finansial, WIKA tetap berkomitmen untuk melakukan transformasi bisnis guna menjaga kelangsungan usahanya.

Perusahaan telah melakukan berbagai langkah strategis, termasuk upaya pelunasan obligasi dan sukuk, komunikasi intensif dengan pemegang obligasi, serta eksplorasi proyek-proyek baru untuk meningkatkan pendapatan.

WIKA juga menyampaikan apresiasi kepada para pemegang obligasi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya yang telah memberikan dukungan selama ini.

Perusahaan berharap dapat segera menemukan solusi terbaik bagi semua pihak terkait, sehingga dapat terus berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur nasional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kasus gagal bayar obligasi WIKA menjadi pengingat bagi perusahaan konstruksi mengenai pentingnya manajemen keuangan yang sehat dalam menghadapi dinamika industri.

Keberhasilan restrukturisasi utang dan perolehan kontrak baru akan menjadi faktor kunci dalam menentukan masa depan WIKA.

Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan WIKA dapat kembali stabil dan terus berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur nasional.

Referensi:
https://money.kompas.com/read/2025/02/18/164136626/wika-gagal-bayar-obligasi-dan-sukuk-jatuh-tempo-saham-disuspensi-bei
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250218182426-92-1199727/wika-buka-suara-soal-alasan-saham-dibekukan-sementara
https://www.tempo.co/ekonomi/wijaya-karya-belum-dapat-kontrak-baru-hingga-14-februari-2025-1207585

jasa-pengiriman-ekspedisi